+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Tidak Ada Kategori

Tradisi Bekayak Masyarakat Sasak sebagai Warisan Budaya Lombok

"Tradisi Bekayak masyarakat Sasak di Lombok adalah ritual adat penuh makna spiritual dan sosial. "

Tangkapan layar tradisi Bekayat/bekayak, Sebuah Tradisi dari Lombok, sumber dari Youtobe Balai Bahasa Provinsi NTB

YAHANTARA.COM 
- Tradisi Bekayak merupakan salah satu ritual adat yang masih dijaga oleh masyarakat Sasak di Lombok.     Bekayak sepopuler tradisi Nyongkolan atau Bau Nyale, Bekayak menyimpan nilai spiritual dan sosial yang mendalam. Tradisi ini biasanya dilakukan dalam rangka memohon keselamatan, keberkahan, atau sebagai bentuk rasa syukur atas pencapaian tertentu. Dalam pelaksanaannya, Bekayak melibatkan tokoh adat, pemangku, serta warga desa yang berkumpul untuk berdoa bersama. Tradisi ini menjadi simbol keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan dalam budaya Sasak.

Bekayak berasal dari kata “kayak” yang dalam bahasa Sasak berarti doa atau permohonan. Tradisi ini tidak hanya dilakukan secara individu, tetapi secara kolektif oleh komunitas desa. Momen Bekayak menjadi ruang spiritual yang menghubungkan masyarakat dengan nilai-nilai leluhur yang telah diwariskan turun-temurun. Dalam konteks budaya Lombok, Bekayak juga menjadi bentuk ekspresi keagamaan yang berpadu dengan adat lokal, mencerminkan sinkretisme antara Islam dan tradisi Sasak.

Pelaksanaan Bekayak biasanya dilakukan menjelang acara penting seperti pernikahan, panen raya, atau pembangunan rumah baru. Warga akan berkumpul di rumah pemangku atau di tempat yang telah disepakati, membawa sesajen berupa makanan tradisional dan hasil bumi. Doa-doa dipanjatkan dengan khidmat, diiringi dengan lantunan tembang Sasak atau pembacaan ayat suci. Suasana yang tercipta sangat sakral, namun tetap hangat karena diwarnai dengan kebersamaan dan gotong royong.

Selain aspek spiritual, Bekayak juga memiliki fungsi sosial yang kuat. Tradisi ini mempererat hubungan antarwarga, memperkuat solidaritas, dan menjadi sarana komunikasi antar generasi. Anak-anak dan remaja yang ikut serta dalam Bekayak akan belajar tentang nilai-nilai budaya, etika sosial, dan sejarah komunitas mereka. Dengan demikian, Bekayak berperan sebagai media pendidikan informal yang sangat efektif dalam menjaga identitas budaya.

Di era modern, tradisi Bekayak menghadapi tantangan besar dari arus globalisasi dan gaya hidup urban. Namun, beberapa komunitas adat dan pegiat budaya di Lombok mulai menghidupkan kembali tradisi ini melalui dokumentasi digital, festival budaya, dan pelibatan generasi muda. Bekayak tidak hanya menjadi ritual, tetapi juga simbol perlawanan terhadap homogenisasi budaya dan upaya pelestarian warisan lokal.

Makna Spiritual dan Sosial dalam Tradisi Bekayak Masyarakat Sasak

Tradisi Bekayak memiliki dimensi spiritual yang sangat kuat dalam kehidupan masyarakat Sasak. Doa-doa yang dipanjatkan bukan sekadar permohonan, tetapi juga bentuk komunikasi dengan Tuhan dan leluhur. Dalam setiap pelafalan doa, tersirat harapan akan keselamatan, kesehatan, dan kelancaran dalam menjalani kehidupan. Bekayak menjadi ruang refleksi bagi masyarakat untuk merenungi perjalanan hidup dan memperkuat ikatan batin dengan Sang Pencipta.

Selain spiritualitas, Bekayak juga mengandung nilai sosial yang tinggi. Tradisi ini mempertemukan berbagai lapisan masyarakat dalam satu kegiatan yang penuh makna. Tidak ada batasan usia, status sosial, atau latar belakang ekonomi dalam Bekayak—semua warga berpartisipasi secara setara. Hal ini menciptakan rasa kebersamaan dan memperkuat solidaritas sosial yang menjadi ciri khas masyarakat Sasak.

Gotong royong menjadi elemen penting dalam pelaksanaan Bekayak. Warga desa akan saling membantu dalam menyiapkan makanan, tempat, dan perlengkapan ritual. Proses ini bukan hanya efisien secara logistik, tetapi juga memperkuat hubungan antarwarga. Dalam suasana yang penuh kehangatan, tercipta interaksi sosial yang sehat dan harmonis, jauh dari konflik atau perselisihan.

Tradisi Bekayak juga menjadi sarana edukasi budaya bagi generasi muda. Anak-anak yang ikut serta akan belajar tentang tata cara ritual, nilai-nilai adat, dan sejarah komunitas mereka. Ini menjadi momen penting untuk mentransfer pengetahuan budaya secara langsung dan alami. Dengan pelibatan aktif, generasi muda akan merasa memiliki dan bertanggung jawab terhadap pelestarian tradisi.

Dalam konteks pembangunan masyarakat, Bekayak dapat menjadi model kegiatan berbasis komunitas yang mengedepankan nilai spiritual dan sosial. Tradisi ini menunjukkan bahwa pembangunan tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga penguatan nilai-nilai budaya dan identitas lokal. Bekayak menjadi bukti bahwa budaya bisa menjadi fondasi yang kokoh dalam membangun masyarakat yang berdaya dan bermartabat.

Pelaksanaan Tradisi Bekayak sebagai Ritual Adat yang Sarat Simbol

Pelaksanaan Bekayak dimulai dengan persiapan yang dilakukan secara kolektif oleh warga desa. Biasanya, tokoh adat atau pemangku akan menentukan waktu dan tempat pelaksanaan berdasarkan pertimbangan spiritual dan adat. Warga kemudian berkumpul membawa sesajen berupa makanan khas Lombok seperti ayam taliwang, plecing kangkung, dan hasil bumi seperti padi, jagung, atau buah-buahan. Semua elemen ini memiliki simbolisme tersendiri dalam tradisi Bekayak.

Ritual dimulai dengan pembacaan doa oleh pemangku, diikuti oleh warga yang hadir dengan penuh khidmat. Doa-doa yang dipanjatkan mencakup permohonan keselamatan, keberkahan, dan perlindungan dari marabahaya. Dalam beberapa versi Bekayak, doa juga disertai dengan pembacaan tembang Sasak atau kisah-kisah leluhur yang mengandung pesan moral. Suasana yang tercipta sangat sakral, namun tetap hangat dan penuh kebersamaan.

Setelah doa selesai, warga akan menikmati makanan bersama sebagai bentuk syukur dan perayaan. Momen ini menjadi ajang silaturahmi dan pertukaran cerita antarwarga. Anak-anak biasanya akan bermain di sekitar lokasi, sementara orang tua berbincang tentang kehidupan desa dan rencana ke depan. Bekayak menjadi ruang sosial yang inklusif dan menyenangkan bagi semua kalangan.

Dalam beberapa komunitas, Bekayak juga diiringi dengan pertunjukan seni tradisional seperti gendang beleq, tari-tarian, atau pembacaan syair. Seni menjadi bagian integral dari ritual, bukan sekadar hiburan. Ini menunjukkan bahwa dalam budaya Sasak, seni dan spiritualitas saling melengkapi dan memperkaya satu sama lain. Bekayak menjadi panggung bagi ekspresi budaya yang autentik dan penuh makna.

Pelaksanaan Bekayak tidak hanya mempertahankan tradisi, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat Sasak. Dengan menjaga ritual ini, masyarakat menunjukkan komitmen terhadap nilai-nilai leluhur dan keberlanjutan budaya. Bekayak menjadi simbol bahwa adat bukanlah beban masa lalu, melainkan warisan yang relevan dan inspiratif untuk masa depan.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara