+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel Pendidikan

Putri Rengganis: Jejak Cinta dan Kesaktian dari Tanah Sasak


YAHANTARA.COM - Di sebuah kerajaan tua bernama Jamintoran, hiduplah seorang raja pendeta yang dikenal bijaksana dan taat beribadah. Ia memerintah dengan hati yang tenang, namun takdir berkata lain. Ketika permaisurinya wafat saat melahirkan putri mereka, sang raja dilanda kesedihan yang begitu dalam. Ia meninggalkan istana dan memilih bertapa di Bukit Aldahemas, sebuah tempat sunyi yang dipenuhi kabut dan doa. Di sana, ia memohon kepada Tuhan agar putrinya diberi umur panjang, kecantikan, dan kesaktian yang luar biasa.

Doa itu dikabulkan. Putri kecil yang diberi nama Rengganis tumbuh menjadi sosok yang tak biasa. Ia bukan hanya cantik luar biasa, tetapi juga memiliki budi pekerti yang halus dan kemampuan spiritual yang tinggi. Dalam kesunyian kerajaan, ia belajar menyongket, menyulam, dan menenun. Tangannya begitu cekatan, hasil karyanya tampak seperti buatan mesin, padahal semuanya lahir dari ketekunan dan jiwa yang lembut. Ia hidup sederhana, hanya memakan buah-buahan dan meminum sari bunga. Tubuhnya memancarkan aroma harum alami, membuat siapa pun yang mendekatinya terpesona.

Rengganis bukan sekadar putri kerajaan. Ia adalah simbol keanggunan dan kekuatan perempuan Sasak. Ia mampu terbang tanpa sayap, melayang seperti jin di angkasa. Kesaktiannya diwariskan dari ayahnya, namun ia tidak pernah menyalahgunakannya. Ia lebih suka menyendiri di taman bunga Banjaransari, tempat ia mandi di sendang jernih dan memetik bunga tunjung tutur. Taman itu ternyata milik Raden Mas Iman Suwangsa, putra Raja Arab, yang belum pernah ia temui.

Suatu malam, Raden Suwangsa mencium aroma harum yang tak biasa dari taman miliknya. Ia memerintahkan penjagaan ketat, namun tetap tidak menemukan pelakunya. Hingga akhirnya, ia melihat seorang wanita mandi di sendang taman. Rambut panjangnya terurai, kulitnya bercahaya, dan gerak-geriknya begitu anggun. Raden Suwangsa terpesona. Ia mencoba menegur dan menahan Rengganis, namun sang putri hanya tersenyum dan menjawab dengan tenang. Ketika sang pangeran mencoba mendekat, Rengganis terbang meninggalkan taman, membuat Raden Suwangsa jatuh pingsan karena terlalu terpesona.

Sejak malam itu, Raden Suwangsa jatuh sakit. Ia tidak makan, tidak tidur, dan tidak berbicara dengan siapa pun selama dua bulan. Raja Jayengrana, ayahnya, marah dan mengutus pasukan untuk mencari tahu penyebabnya. Ketika akhirnya bertemu, Raden Suwangsa mengaku bahwa ia jatuh cinta pada wanita sakti yang bisa terbang dan menghilang begitu saja. Cinta itu bukan cinta biasa. Ia datang dari pertemuan singkat, namun meninggalkan jejak yang dalam di hati sang pangeran.

Rengganis, yang mengetahui penderitaan Raden Suwangsa, kembali menemuinya. Ia menawarkan solusi: mencarikan gadis bangsawan yang cocok untuk dinikahi, yaitu Dewi Kadarmanik, putri Raja Mukaji dari Negeri Mukadam. Namun, Raden Suwangsa tetap bersikeras ingin menikahi Rengganis. Ia merasa hanya Rengganis yang bisa mengobati luka hatinya dan mengisi kekosongan jiwanya. Meski tersentuh oleh ketulusan sang pangeran, Rengganis tetap memegang prinsip dan kesetiaannya kepada ayahnya. Ia tidak ingin menikah tanpa restu dan tidak ingin meninggalkan tanggung jawab spiritualnya.

Cinta yang tak terbalas itu tidak berakhir dengan kemarahan atau dendam. Sebaliknya, ia menjadi kekuatan yang membentuk karakter dan spiritualitas kedua tokoh. Raden Suwangsa belajar menerima kenyataan, sementara Rengganis tetap teguh pada jalan hidupnya. Dalam budaya Sasak, cinta bukan hanya soal perasaan, tetapi juga soal tanggung jawab, kesetiaan, dan kehormatan. Kisah ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak selalu berakhir dengan pernikahan, tetapi bisa menjadi cahaya yang membimbing seseorang menuju kedewasaan.

Legenda Putri Rengganis bukan hanya cerita rakyat. Ia adalah cermin dari nilai-nilai luhur budaya Sasak: spiritualitas, kesaktian, keanggunan perempuan, dan harmoni dengan alam. Ia mengajarkan bahwa kekuatan sejati bukan berasal dari kekuasaan, tetapi dari kesadaran batin dan ketulusan hati. Dalam era modern yang penuh hiruk-pikuk, kisah Rengganis menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia luar dan dunia dalam.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara