Peran Pemuda dalam Melestarikan Budaya Sasak di Era Digital
"Pemuda Lombok berperan penting melestarikan budaya Sasak melalui kreativitas digital dan aksi komunitas di era modern"
YAHANTARA.COM - Di tengah derasnya arus globalisasi dan kemajuan teknologi, budaya lokal menghadapi tantangan besar: bagaimana tetap hidup dan relevan di mata generasi muda. Di Lombok, budaya Sasak bukan sekadar warisan leluhur—ia adalah identitas, kebanggaan, dan fondasi karakter masyarakat. Namun, tanpa keterlibatan aktif dari pemuda, budaya ini berisiko terpinggirkan oleh tren modern yang terus berubah.
Pemuda Lombok memiliki peran strategis sebagai penjaga dan penggerak budaya. Mereka bukan hanya pewaris, tetapi juga penentu arah masa depan tradisi Sasak. Dari Merariq yang sarat makna, nyongkol yang penuh estetika, hingga bahasa Sasak yang kaya dialek—semua ini membutuhkan sentuhan generasi muda agar tetap hidup dan berkembang.
Melestarikan budaya bukan berarti menolak kemajuan. Justru, era digital membuka peluang besar untuk menghidupkan kembali tradisi melalui cara-cara kreatif. Konten edukatif di media sosial, video dokumenter, ilustrasi digital, hingga podcast budaya bisa menjadi jembatan antara masa lalu dan masa kini. Dengan pendekatan yang segar, budaya Sasak bisa dikenal lebih luas, bahkan oleh mereka yang sebelumnya merasa jauh dari akar tradisinya.
Namun, pelestarian tidak cukup hanya dengan konten. Ia harus dimulai dari kesadaran. Kesadaran bahwa budaya adalah bagian dari diri, bahwa memahami tradisi berarti memahami siapa kita. Pemuda bisa memulai dari hal sederhana: berbicara dalam bahasa Sasak, ikut serta dalam prosesi adat, atau belajar seni tradisional dari para tetua desa. Setiap langkah kecil adalah kontribusi besar.
Di banyak desa di Lombok, gerakan komunitas mulai tumbuh. Anak-anak muda berkumpul untuk belajar tari Gandrung, membuat tenun ikat, mendokumentasikan cerita rakyat, atau hanya sekedar mencintai budaya/adat warisan leluhur. Ini adalah bukti bahwa pelestarian budaya bisa dilakukan dengan semangat kolaboratif dan inovatif.
Budaya bukan hanya cerita masa lalu. Ia adalah inspirasi untuk masa depan. Dan pemuda adalah jembatan yang menghubungkan keduanya. Jika generasi muda Lombok mampu melihat budaya sebagai kekuatan, bukan beban, maka tradisi Sasak akan terus hidup, berkembang, dan memberi warna pada dunia yang semakin seragam.
Melestarikan budaya bukan tugas orang lain. Ini adalah tanggung jawab kita bersama. Karena jika bukan kita yang menjaga, siapa lagi?.***