+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel Budaya

Ngayu-ayu Tradisi Sasak yang Menyemai Syukur dan Keseimbangan

"Tradisi Ngayu-ayu menyatukan doa dan alam sebagai wujud syukur dan penjaga keseimbangan hidup masyarakat Sasak"

YAHANTARA.COM - Ngayu-ayu adalah tradisi sakral yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat Sasak, khususnya di wilayah Sembalun, Lombok Timur. Tradisi ini bukan sekadar ritual adat, melainkan bentuk syukur kolektif yang menyatu dengan spiritualitas dan kesadaran ekologis. Dalam setiap pelaksanaannya, Ngayu-ayu menjadi ruang bersama untuk mengungkapkan rasa terima kasih atas berkah alam, keselamatan, dan hasil panen yang melimpah.

Syukur dalam Ngayu-ayu tidak bersifat personal, melainkan komunal. Masyarakat berkumpul di tempat yang dianggap suci, membawa persembahan berupa hasil bumi, air dari mata air, bunga, dan makanan tradisional. Tokoh adat memimpin doa dan mantra yang telah diwariskan secara lisan dari generasi ke generasi. Setiap elemen dalam ritual memiliki makna simbolik yang mendalam—air sebagai lambang kehidupan, bunga sebagai harapan, dan hasil bumi sebagai wujud rezeki yang diterima.

Persiapan ritual dilakukan secara gotong royong. Warga membersihkan lokasi, menyiapkan sesajen, dan menyusun perlengkapan dengan penuh kekhidmatan. Tidak ada batasan usia atau status sosial; semua orang memiliki peran dalam menjaga kelancaran prosesi. Anak-anak dan remaja dilibatkan sebagai bentuk pendidikan budaya, agar nilai-nilai luhur tetap hidup dan diwariskan.

Syukur juga tercermin dalam cara masyarakat memperlakukan alam. Mereka percaya bahwa alam adalah pemberi kehidupan yang harus dihormati. Oleh karena itu, Ngayu-ayu sering dilaksanakan di lokasi terbuka yang dekat dengan sumber air, pohon besar, atau tanah yang belum tersentuh pembangunan. Lokasi tersebut dipilih bukan karena estetika, tetapi karena keyakinan bahwa tempat itu memiliki energi spiritual yang harus dijaga.

Dalam suasana ritual, rasa syukur menjadi kekuatan yang menyatukan. Doa-doa dipanjatkan dengan harapan agar desa terhindar dari bencana, penyakit, dan kegagalan panen. Momen ini juga menjadi ruang refleksi bagi masyarakat untuk merenungkan perjalanan hidup, tantangan yang dihadapi, dan harapan ke depan. Tidak jarang, Ngayu-ayu menjadi titik balik spiritual bagi mereka yang sedang mengalami kesulitan.

Tradisi ini mengajarkan bahwa syukur bukan hanya ucapan, tetapi tindakan nyata. Ia diwujudkan dalam bentuk kebersamaan, kepedulian, dan penghormatan terhadap alam. Dalam konteks modern, nilai-nilai seperti ini menjadi sangat relevan, terutama di tengah gaya hidup yang semakin individualistik dan materialistis.

Ngayu-ayu juga menjadi pengingat bahwa kehidupan tidak bisa dipisahkan dari spiritualitas dan lingkungan. Ia mengajarkan bahwa kesejahteraan bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tentang hubungan yang harmonis dengan alam dan sesama. Tradisi ini menjadi fondasi sosial yang memperkuat solidaritas dan rasa memiliki terhadap komunitas.


Melalui dokumentasi dan pelestarian yang tepat, Ngayu-ayu dapat terus hidup dan berkembang. Ia bisa menjadi sumber inspirasi untuk gerakan budaya, kampanye lingkungan, atau program edukasi berbasis kearifan lokal. Nilai syukur yang terkandung di dalamnya adalah warisan yang tak ternilai, yang layak dijaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara