+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel Budaya

Makna Tradisi Bereqe dalam Kehidupan Masyarakat Sasak Lombok

"Tradisi Bereqe Sasak adalah prosesi khitan yang sarat makna spiritual, sosial, budaya, serta peneguhan identitas leluhur"

YAHANTARA.COM - Tradisi Bereqe bukan sekadar prosesi adat menjelang khitanan. Ia adalah cerminan dari filosofi hidup masyarakat Sasak yang menggabungkan nilai sosial, spiritual, dan budaya dalam satu rangkaian yang utuh. Di balik iringan tembang, dulang sesaji, dan pakaian adat, tersimpan makna-makna mendalam yang membentuk identitas dan cara pandang komunitas terhadap kehidupan.

1. Simbol Transisi dan Kesucian

Khitanan dalam masyarakat Sasak bukan hanya tindakan medis, tetapi juga simbol transisi spiritual. Bereqe menandai momen penting ketika seorang anak laki-laki dianggap telah memasuki fase baru dalam kehidupannya—dari masa kanak-kanak menuju tanggung jawab sebagai muslim dewasa. Dalam pandangan lokal, anak yang telah dikhitan dianggap suci dan siap menjalankan ibadah seperti salat bersama orang tua.

Prosesi Bereqe menjadi pengantar menuju kesucian itu. Dengan tembang yang berisi nasihat dan sejarah keislaman, anak diajak memahami bahwa khitan bukan sekadar kewajiban, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap ajaran agama dan leluhur.

2. Wujud Rasa Syukur dan Doa Kolektif

Setiap elemen dalam Bereqe—dari sesaji yang dibawa dalam dulang, hingga tembang yang dilantunkan—mengandung unsur rasa syukur. Masyarakat memanjatkan doa agar proses khitanan berjalan lancar, anak diberi kesehatan, dan keluarga mendapat keberkahan. Ini bukan ritual individual, melainkan doa kolektif yang melibatkan seluruh komunitas.

Makna ini memperlihatkan bahwa dalam budaya Sasak, kebahagiaan dan keselamatan seseorang adalah tanggung jawab bersama. Bereqe menjadi ruang spiritual di mana masyarakat menyatukan harapan dan doa dalam bentuk budaya.

3. Penguatan Solidaritas Sosial

Bereqe adalah panggung gotong royong. Tidak ada satu pihak yang bekerja sendiri. Ada yang menyiapkan makanan, mengatur jalannya prosesi, melantunkan tembang, dan membawa dulang. Semua dilakukan dengan sukarela, sebagai bentuk kepedulian dan kebersamaan.

Makna sosial ini sangat penting dalam menjaga harmoni komunitas. Tradisi ini mengajarkan bahwa kebudayaan bukan hanya milik individu atau keluarga, tetapi milik bersama yang harus dijaga dan dirayakan secara kolektif.

4. Peneguhan Identitas Budaya

Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, Bereqe menjadi peneguh identitas lokal. Ia mengingatkan masyarakat akan akar budaya mereka, bahasa yang mereka warisi, dan nilai-nilai yang membentuk karakter Sasak. Tembang yang dilantunkan bukan hanya hiburan, tetapi juga narasi sejarah dan ajaran moral yang diwariskan dari generasi ke generasi.

Dengan tetap melaksanakan Bereqe, masyarakat Sasak menunjukkan bahwa mereka tidak kehilangan arah di tengah perubahan zaman. Tradisi ini menjadi penanda bahwa budaya lokal masih relevan dan layak dirawat sebagai bagian dari jati diri bangsa.

5. Media Pendidikan Nilai dan Sejarah

Bereqe juga berfungsi sebagai media edukasi informal. Anak-anak yang menyaksikan prosesi ini belajar tentang nilai-nilai kehidupan, sejarah masuknya Islam ke Lombok, dan pentingnya menjaga tradisi. Tembang yang dilantunkan oleh pujangga mengandung pesan-pesan moral, kisah perjuangan, dan nasihat yang membentuk karakter.

Dalam konteks pendidikan budaya, Bereqe adalah ruang belajar yang hidup. Ia mengajarkan dengan cara yang menyentuh hati, bukan sekadar teori. Nilai-nilai yang ditanamkan melalui tradisi ini menjadi bekal penting bagi generasi muda dalam memahami siapa mereka dan dari mana mereka berasal.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara