+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel Budaya

Makna Filosofis di Balik Nama Bejango Bliq, Ritual Adat Masyarat Songak

"Makna filosofis Bejango Bliq sebagai simbol spiritual dan identitas budaya masyarakat Sasak di Desa Songak, Lombok Timur."

YAHANTARA.COM - Tradisi Bejango Bliq bukan sekadar ritual tahunan, melainkan cerminan filosofi hidup masyarakat Sasak yang menjunjung tinggi nilai spiritual dan sosial. Nama “Bejango” berarti saling mengunjungi, sedangkan “Bliq” merujuk pada pendekatan batin atau penghormatan. Gabungan dua kata ini menyiratkan hubungan yang erat antara manusia, leluhur, dan alam gaib.

Dalam konteks budaya Sasak, nama bukan hanya identitas, tetapi juga penanda nilai dan makna. Bejango Bliq menjadi simbol dari praktik spiritual yang menghubungkan masa kini dengan masa lalu. Ia mengajarkan bahwa menghormati leluhur bukan sekadar kewajiban, melainkan bagian dari menjaga keseimbangan hidup.

Menurut Mardiyah, tokoh adat Desa Songak, istilah Bejango Bliq dipulihkan setelah sebelumnya digantikan oleh nama “Ngayu-ayu”. Nama lama tersebut dianggap tidak berasal dari bahasa lokal, sehingga pemulihan nama asli menjadi langkah penting dalam pelestarian bahasa dan sejarah komunitas.

Pemilihan kembali nama Bejango Bliq menunjukkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keaslian tradisi. Bahasa lokal menjadi alat untuk memperkuat identitas dan membangun koneksi emosional dengan warisan budaya. Ini adalah bentuk perlawanan terhadap pelupaan sejarah dan dominasi istilah asing.

Dengan mempertahankan nama asli, masyarakat Songak tidak hanya melestarikan tradisi, tetapi juga memperkuat jati diri mereka sebagai bagian dari komunitas Sasak yang berakar kuat. Nama Bejango Bliq kini menjadi simbol kebangkitan budaya dan kesadaran kolektif akan pentingnya warisan leluhur.

Tradisi ini mengajarkan bahwa makna tidak hanya terletak pada prosesi, tetapi juga pada kata-kata yang digunakan untuk menyebutnya. Dalam dunia yang semakin global, menjaga bahasa dan istilah lokal adalah bentuk keberanian budaya yang patut diapresiasi.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara