+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel Pendidikan

Legenda Dewi Rengganis: Cinta, Kesaktian, dan Keanggunan dari Tanah Sasak

"Legenda Dewi Rengganis dari Sasak: kisah cinta, kesaktian, dan keanggunan wanita sakti yang menginspirasi budaya dan spiritualitas lokal"

Dewi Rengganis dikenal sebagai sosok yang memiliki kecantikan luar biasa. Ilustrasi dibuat oleh AI

YAHANTARA.COM - Di kerajaan Jamintoran, hiduplah seorang raja pendeta yang dikenal bijaksana dan taat beribadah. Namun, kebahagiaan sang raja berubah menjadi duka ketika permaisurinya wafat saat melahirkan putri mereka, Dewi Rengganis. Kesedihan yang mendalam membuat sang raja meninggalkan istana dan memilih bertapa di Bukit Aldahemas, tempat ia memohon kepada Tuhan agar putrinya diberi umur panjang dan kelebihan luar biasa.

Doa sang raja tidak sia-sia. Dewi Rengganis tumbuh menjadi wanita yang luar biasa dalam segala hal. Ia tidak hanya cantik secara fisik, tetapi juga memiliki budi pekerti yang halus dan kemampuan spiritual yang tinggi. Dalam budaya Sasak, pertapaan dan doa adalah bagian penting dari kehidupan, dan kisah ini mencerminkan nilai spiritual yang mendalam dalam masyarakat tradisional.

Kerajaan Jamintoran sendiri digambarkan sebagai tempat yang damai dan penuh kebijaksanaan, menjadi latar ideal bagi tumbuhnya seorang tokoh legendaris seperti Rengganis. Bukit Aldahemas, tempat pertapaan sang raja, menjadi simbol transformasi spiritual dan harapan akan masa depan yang lebih baik. Lokasi ini juga memperkuat nuansa mistis dalam cerita rakyat Sasak.

Kisah ini membuka pintu bagi pembaca untuk memahami bagaimana nilai-nilai spiritual dan kekeluargaan menjadi fondasi dalam cerita rakyat Nusantara. Dalam konteks modern, cerita ini mengajarkan pentingnya introspeksi, doa, dan harapan sebagai kekuatan yang membentuk karakter dan masa depan seseorang.

Keanggunan dan Kesaktian Dewi Rengganis

Dewi Rengganis dikenal sebagai sosok yang memiliki kecantikan luar biasa, namun bukan hanya penampilan fisiknya yang memikat. Ia memiliki kemampuan menyongket, menyulam, dan menenun dengan kecepatan dan ketelitian yang luar biasa. Hasil karyanya begitu halus hingga tampak seperti buatan mesin, padahal semuanya dilakukan dengan tangan dan hati.

Selain keterampilan, Rengganis juga memiliki kesaktian yang diwariskan dari ayahnya. Ia mampu terbang tanpa sayap, melayang seperti jin di angkasa. Kemampuan ini membuatnya menjadi sosok yang tidak hanya dikagumi, tetapi juga dihormati dan ditakuti. Dalam budaya Sasak, kesaktian sering kali dikaitkan dengan kedekatan spiritual dan kekuatan batin yang tinggi.

Gaya hidup Rengganis pun sangat unik. Ia hanya memakan buah-buahan dan meminum sari bunga, membuat tubuhnya memancarkan aroma harum alami. Keharumannya begitu kuat hingga bisa tercium dari jarak jauh, menambah aura mistis dan keanggunan yang menyelimuti dirinya. Ia menjadi simbol wanita ideal dalam cerita rakyat—cantik, sakti, dan penuh kebijaksanaan.

Karakter Rengganis mencerminkan nilai-nilai perempuan dalam budaya Sasak: mandiri, terampil, dan spiritual. Dalam konteks kontemporer, ia bisa menjadi inspirasi bagi generasi muda untuk menghargai warisan budaya dan mengembangkan potensi diri dengan cara yang autentik dan bermakna.

Pertemuan Tak Terduga: Rengganis dan Raden Suwangsa

Suatu malam, Dewi Rengganis mengunjungi taman bunga Banjaransari untuk mandi dan memetik bunga tunjung tutur. Taman itu milik Raden Mas Iman Suwangsa, putra Raja Arab. Tanpa sepengetahuan Rengganis, sang pangeran telah memerintahkan penjagaan ketat karena bunga-bunga di taman sering hilang secara misterius. Malam itu, aroma harum tubuh Rengganis menarik perhatian Raden Suwangsa.

Raden Suwangsa terpesona oleh keindahan Rengganis yang tampak seperti bidadari. Ia mencoba menegur dan menahan Rengganis, namun wanita sakti itu hanya tersenyum dan menjawab dengan tenang. Ketika Raden Suwangsa mencoba mendekat, Rengganis terbang meninggalkan taman, membuat sang pangeran jatuh pingsan karena terlalu terpesona oleh keindahan dan kesaktiannya.

Setelah kejadian itu, Raden Suwangsa jatuh sakit. Ia tidak makan, tidak tidur, dan tidak berbicara dengan siapa pun selama dua bulan. Raja Jayengrana, ayahnya, marah dan mengutus pasukan untuk mencari tahu penyebabnya. Ketika akhirnya bertemu, Raden Suwangsa mengaku bahwa ia jatuh cinta pada wanita sakti yang bisa terbang dan menghilang begitu saja.

Pertemuan ini menjadi titik balik dalam cerita. Cinta yang muncul dari pertemuan singkat namun penuh makna menunjukkan bagaimana daya tarik spiritual dan keanggunan bisa mengubah hidup seseorang. Dalam konteks modern, kisah ini mengajarkan bahwa cinta sejati tidak selalu datang dari interaksi panjang, tetapi dari koneksi batin yang mendalam.

Cinta yang Tak Terbalas dan Janji yang Tertunda

Rengganis kembali menemui Raden Suwangsa dan menawarkan solusi: ia akan mencarikan gadis bangsawan yang cocok untuk dinikahi, yaitu Dewi Kadarmanik, putri Raja Mukaji dari Negeri Mukadam. Namun, Raden Suwangsa tetap bersikeras ingin menikahi Rengganis. Ia merasa hanya Rengganis yang bisa mengobati luka hatinya dan mengisi kekosongan jiwanya.

Rengganis, meski tersentuh oleh ketulusan Raden Suwangsa, tetap memegang prinsip dan kesetiaannya kepada ayahnya. Ia tidak ingin menikah tanpa restu dan tidak ingin meninggalkan tanggung jawab spiritualnya. Sikap ini menunjukkan bahwa cinta sejati juga harus diiringi dengan komitmen terhadap nilai dan prinsip hidup.

Raden Suwangsa akhirnya menerima kenyataan bahwa cintanya tidak bisa segera terwujud. Namun, ia tetap menyimpan harapan dan rasa hormat yang tinggi kepada Rengganis. Kisah ini menggambarkan cinta yang tidak egois—cinta yang menghargai pilihan dan kebebasan orang yang dicintai.

Dalam budaya Sasak, cinta bukan hanya soal perasaan, tetapi juga soal tanggung jawab, kesetiaan, dan kehormatan. Kisah Rengganis dan Raden Suwangsa mengajarkan bahwa cinta yang tulus tidak selalu berakhir dengan pernikahan, tetapi bisa menjadi kekuatan yang membentuk karakter dan spiritualitas seseorang.

Nilai Budaya dan Filosofi Sasak dalam Kisah Rengganis

Legenda Dewi Rengganis sarat dengan nilai-nilai budaya Sasak yang luhur. Pertama, spiritualitas dan pertapaan menjadi fondasi dalam membentuk karakter tokoh. Sang raja memilih jalan spiritual untuk mendidik anaknya, menunjukkan bahwa kekuatan batin lebih penting daripada kekuasaan duniawi. Ini relevan dengan kehidupan modern yang sering kali melupakan nilai-nilai spiritual.

Kedua, keterampilan perempuan ditonjolkan sebagai kekuatan utama. Rengganis bukan hanya cantik, tetapi juga mandiri dan terampil. Ia menjadi simbol perempuan yang mampu berdiri sendiri dan memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan. Dalam konteks pemberdayaan perempuan, kisah ini sangat inspiratif dan relevan.

Ketiga, kesetiaan dan bakti kepada orang tua menjadi nilai utama. Meski memiliki banyak kelebihan dan peluang, Rengganis tetap berbakti kepada ayahnya dan tidak tergoda oleh kemewahan. Ini mengajarkan pentingnya menjaga hubungan keluarga dan menghormati orang tua sebagai bagian dari identitas budaya.

Keempat, harmoni dengan alam tercermin dari gaya hidup Rengganis yang alami dan sederhana. Ia hidup selaras dengan alam, memakan buah dan meminum sari bunga. Dalam era modern yang penuh polusi dan konsumsi berlebihan, gaya hidup Rengganis menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan dengan alam.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara