+6287773666282 Jl. Surabaya-Menceh, RT 00 RW 00, Mosok Dusun Leda Desa Surabaya, Kec. Sakra Timur, Provinsi NTB.
Yazri Harapan Nusantara
Belajar Bersama, Menumbuhkan Akses, Membangun Bangsa.
Judul Gambar 1
Judul Gambar 1 Caption penjelasan gambar 1
Judul Gambar 2
Judul Gambar 2 Penjelasan isi gambar 2 dan shrink aktif
Home Berita dan Artikel

Bahasa Sasak Mulai Tergerus di Tengah Arus Modernisasi

"Bahasa Sasak makin tergerus. Artikel ini mengajak pemuda Lombok melestarikannya lewat konten digital dan ekspresi budaya"

YAHANTARA.COM - Bahasa adalah jantung budaya. Di Lombok, bahasa Sasak telah lama menjadi identitas masyarakat lokal, dengan beragam dialek seperti Menó-Mené, Ngeno-Ngene, Meriaq-Meriku, dan lainnya. Setiap dialek menyimpan filosofi, nilai, dan cara pandang yang khas. Namun, di tengah arus modernisasi dan globalisasi, eksistensi bahasa Sasak mulai tergerus, terutama di kalangan generasi muda.

Menurut data Balai Bahasa Provinsi NTB dan laporan Kompas (2025), jumlah penutur aktif bahasa Sasak terus menurun. Bahasa ini kini dikategorikan sebagai “rentan punah” oleh UNESCO karena semakin sedikit anak muda yang menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa Indonesia dan bahasa asing seperti Inggris dianggap lebih relevan untuk pendidikan, pekerjaan, dan media sosial.

Survei Kemendikbud Ristek tahun 2024 menunjukkan bahwa hanya sekitar 30% remaja di Lombok yang masih fasih berbahasa Sasak. Sebagian besar menggunakannya secara pasif atau terbatas dalam konteks informal. Fenomena ini menunjukkan bahwa bahasa Sasak mulai kehilangan ruang hidupnya di tengah masyarakat.

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pergeseran Bahasa

Ada beberapa faktor utama yang menyebabkan pergeseran ini:

- Prestise sosial  

  Bahasa Indonesia dianggap lebih modern dan “berkelas”, sementara bahasa Sasak sering diasosiasikan dengan kampungan atau kuno.

- Minimnya representasi di media digital  

  Konten berbahasa Sasak masih sangat terbatas di platform populer seperti YouTube, TikTok, dan Instagram.

- Pendidikan formal yang belum mendukung  

  Bahasa Sasak belum sepenuhnya diintegrasikan dalam kurikulum sekolah sebagai muatan lokal yang wajib.

- Urbanisasi dan perkawinan antarbudaya  

  Banyak keluarga muda memilih bahasa Indonesia sebagai bahasa utama di rumah demi kemudahan komunikasi.

Mengapa Bahasa Sasak Harus Dilestarikan?

Bahasa Sasak menyimpan nilai-nilai budaya yang tidak tergantikan. Banyak istilah dalam tradisi Sasak—seperti merariq, nyongkolan, begawe, dan selakaran—tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa Indonesia. Jika bahasa ini punah, maka filosofi, adat, dan cara pandang masyarakat Sasak juga ikut menghilang.

Lebih dari itu, bahasa daerah memperkuat rasa kebersamaan dan identitas lokal. Ia menciptakan ruang dialog yang lebih intim dan autentik, serta menjadi fondasi bagi keberlanjutan budaya.

Peran Pemuda dalam Menjaga Bahasa Sasak

Pemuda Lombok memiliki peran strategis dalam menjaga bahasa Sasak tetap hidup. Gerakan pelestarian tidak harus dimulai dari hal besar—justru langkah kecil yang konsisten bisa berdampak besar:

- Gunakan bahasa Sasak di rumah dan komunitas  

  Membiasakan diri berbicara dalam bahasa daerah adalah bentuk nyata pelestarian.

- Ciptakan konten digital berbahasa Sasak  

  Video pendek, podcast, atau meme dengan narasi lokal bisa menjangkau generasi muda dan membuat bahasa Sasak terasa relevan kembali.

- Kembangkan musik dan sastra lokal  

  Lagu, puisi, dan cerita rakyat dalam bahasa Sasak bisa menjadi media ekspresi yang kuat dan menyentuh.

- Bangun platform edukasi kreatif  

  Aplikasi belajar bahasa, komik digital, atau game edukatif bisa menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan dan efektif.

Contoh inspiratif datang dari komunitas Sasak Literacy Movement, yang aktif membuat konten edukatif dan sastra berbahasa Sasak di media sosial. Gerakan ini menunjukkan bahwa pelestarian bisa dilakukan dengan pendekatan kreatif dan digital.

Dukungan Pemerintah dan Komunitas

Revitalisasi bahasa daerah membutuhkan kolaborasi lintas sektor. Pemerintah daerah NTB telah memulai program Revitalisasi Bahasa Daerah (RBD) sejak 2023, dengan melibatkan guru, seniman, dan komunitas lokal. Namun, keberhasilan program ini sangat bergantung pada partisipasi aktif masyarakat, terutama generasi muda.

Beberapa langkah strategis yang bisa dilakukan:

- Menjadikan bahasa Sasak sebagai muatan lokal wajib di sekolah

- Mengadakan lomba pidato, drama, dan baca puisi berbahasa Sasak

- Mendorong media lokal untuk menyiarkan program berbahasa daerah

- Memberikan insentif bagi kreator konten yang mempromosikan bahasa Sasak

Bahasa Sasak Adalah Akar, Bukan Beban

Bahasa Sasak bukan sekadar warisan, tapi juga kekuatan. Ia adalah akar yang menghubungkan generasi masa kini dengan leluhur mereka. Di era digital, pelestarian bahasa bukan hanya mungkin, tapi juga mendesak.

Pemuda Lombok memiliki kekuatan untuk mengubah arah. Dengan semangat, kreativitas, dan kebanggaan terhadap akar budaya, mereka bisa menjadi garda terdepan dalam menjaga bahasa Sasak tetap hidup dan berkembang.

Karena jika bukan kita yang menjaga bahasa ibu kita, siapa lagi?.***

Komentar


Kolaborasi

Jadi bagian Yazri Harapan Nusantara